Pages

Jumat, 11 Januari 2013

Sriwijaya Menang , Dua Kelompok suporter SFC baku hantam dan Buat kerusuhan

Sriwijaya FC sukses meraih kemenangan perdana pada kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2012/2013 atas Barito Putra dengan skor 3-2 di stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, kemarin. Sayangnya kemenangan yang diraih secara dramatis tersebut dinodai oleh ulah suporter yang kembali bentrok. Gol-gol tuan rumah dilesakkan Boakay Foday menit 52, Ahmad Jufrianto menit 72 dan 91. Sementara gol-gol tim tamu dihasilkan oleh Djibril Coulibaly menit 8 dan Nehemiah Solossa menit 83. Kemenangan tersebut berarti banyak bagi Sriwijaya FC. Soalnya kini tim kebanggaan rakyat Sumsel ini bertengger di puncak klasemen sementara dengan empat poin. Wajah pelatih Sriwijaya FC Kas Hartadi tampak sangat sumringah usai pertandingan. “Ahmad Jufrianto sebagai man of the match (bintang lapangan, Red), soalnya mencetak dua gol. Tetapi bagaimanapun juga, semua pemain telah bekerja keras,” ujarnya. Selain sukacita tersebut, ketegangan terjadi di luar stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring. Status pembekuan suporter Sriwijaya FC yang diberikan oleh Polresta Palembang beberapa waktu lalu, ternyata tidak mampu membendung bentrok yang telah terjadi selama ini. Kelompok suporter Beladas dan Singa Mania kembali terjadi bentrok sebelum dan sesudah pertandingan. Informasinya, bentrok terjadi di beberapa titik, diantaranya depan Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH), depan McD Sudirman, depan Bank SumselBabel Jakabaring, simpang Palapa Jakabaring, simpang RS Charitas, serta depan pasar Cinde, juga di depan stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring.

 Diceritakan ketua Beladas SMS Eddy Ismail, puluhan anggotanya menjadi korban bentrok tersebut. “Perlu diperjelas, kami tidak mengetahui apa-apa langsung diserang. Karena tidak siap, puluhan anggota saya terluka,” ujar Eddy. Dijelaskan Eddy, anggotanya berangkat tidak mengenakan atribut sama sekali. “Kami menuruti semua peraturan yang dikeluarkan Polresta dan selalu siap berdamai. Tetapi kenyataannya masih saja terjadi bentrok,” sambungnya. Oleh karena itu Eddy juga mempertanyakan ketegasan Polresta Palembang dalam menegakkan aturan. “Katanya mau ditindak tegas dan ditangkapi, tapi mana buktinya. Meski banyak korban, kami malas melapor, karena respon dari Kepolisian begitu-begitu saja,” urainya sembari menyebutkan kerugian materil yang ditanggung pihaknya mencapai jutaan Rupiah.

Sementara ketua Beladas Simanis Qusoi, menyatakan anggotanya tidak ada yang jadi korban. Pria yang gemar berpakaian nyentrik ini ternyata lebih mendukung pembekuan suporter hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan. “Supaya yang rusak bukan hanya pentolan (unsur pimpinan, Red), tetapi juga kelompok dibawahnya. Kami sudah menurut dengan tidak menggunakan atribut, drum, dan lain-lain, kenyataannya masih saja ada bentrok,” umbarnya sembari mengkritisi satgas damai yang telah dibuat beberapa waktu lalu. Sedangkan ketua Singa Mania Deddy Pranata ketika dihubungi ponselnya, tidak diangkat. Kasatreskrim Polresta Palembang Kompol Djoko Julianto SIK MH ketika dihubungi belum ada korban suporter yang melapor ke Mapolresta Palembang. “Untuk mencegah bentrok tersebut, kita sudah minta suporter lepas atribut. Kita juga sudah menggelar razia, kedepannya akan lebih diperketat lagi,” bebernya. Ditambahkannya, Polresta Palembang sudah berupaya meminimalisir bentrok suporter. “Tetapi kalau terjadi bentrok, karena suporter berada dimana-mana, bisa saja terjadi. Terkait pembekuan, sanksi bisa lebih tegas dengan pertandingan tanpa penonton,” tegasnya.

Terpisah, akibat dari bentrok tersebut, masyarakat umum banyak yang jadi korban. Salah satunya anggota DPRD Kabupaten OKU Timur Eni Melani. Mobil sedan mewah miliknya, Honda Accord mengalami kerusakan parah lantaran lemparan batu. Diceritakan ketua DPC partai Hanura OKU Timur ini, sepulang dari Jakarta, dirinya berniat langsung pulang ke rumahnya yang berada disekitar area depan kantor Bank SumselBabel Jakabaring. Namun, sebelum pulang ke rumah, dia mengisi angin ban mobil di depan kantor Bank Sumsel Babel Jakabaring. Ketika turun, dia melihat tawuran antar suporter Sriwijaya FC. ”Saya dan anak-anak menjadi ketakutan karena ketika tawuran para suporter ada yang membawa kayu gelam dan batu.

Sehingga kita langsung meninggalkan mobil dan langsung menyelamatkan diri,” ujarnya. Pasca tawuran, sambungnya, dia melihat kondisi mobil honda Accord yang ditinggalkannya rusak parah. Kaca mobil pecah seribu dan bagian samping mobil tergores. ”Saya tidak tahu ada pertandingan bola sore ini (kemarin, Red) yang berujung pada tawuran. Alhamdulilah saya dan anak-anak bisa menyelamatkan diri,” ungkap Eni. Dia menuturkan, seharusnya manajemen Sriwijaya FC harus bisa melakukan pengamanan lebih ketat ketika membuat pertandingan. Kalau tidak bisa membuat pengamanan, tidak usah membuat pertandingan. ”Saya disini mengalami kerugian moril dan materil. Oleh karena itu, saya menuntut manajemen Sriwijaya FC,” tegasnya. Lebih lanjut, Eni mengungkapkan, dia sempat berteriak minta tolong kepada aparat kepolisian yang melintas saat suporter tersebut merusak mobilnya. Namun teriakannya tidak dihiraukan oleh aparat kepolisian. ”Ketika mobil saya dirusak, ada empat orang polisi yang melintas. Tapi mereka tidak menghiraukan teriakan saya yang minta tolong,” tandasnya. (gjt)