Pages

Rabu, 23 Januari 2013

Pengamat : Urat Malu Djohar Putus

– Penyelesaian konflik sepak bola nasional tidak akan bisa tercapai tanpa keterlibatan atau partisipasi langsung dari anggota-anggota (stakeholder) PSSI sebagai pemegang kedaulatan organisasi.
Hal ini disampaikan pengamat sepak bola nasional, Tubagus Adhi  Rabu malam. Menurut Tubagus Adhi, saat ini, sebenarnya sudah tidak ada masalah lagi, karena mayoritas anggota PSSI sudah mengamputasi kepengurusan PSSI periode 2011-2015 pimpinan Djohar Arifin Husin.
“Djohar dan kawan-kawan sekarang ini masih bertahan karena dia merasa mendapat perlindungan dari AFC, bahkan dari FIFA. Disamping itu, Djohar sudah kehilangan rasa malunya, urat malunya rasanya sudah putus” jelas Adhi.
Meski demikian, menurut wartawan senior Go Sport ini, FIFA saat ini sudah tidak bisa lagi memberikan toleransi kepada PSSI Djohar hasil Kongres Luar Biasa, 9 Juli 2011 di Solo itu.
“Pandangan FIFA semakin terbuka, terhadap keberadaan PSSI hasil KLB 18 Maret 2012 di Ancol, yang diketuai La Nyalla Mattalitti. Surat FIFA terakhir, 18 Desember 2012, dengan jelas mengindikasikan tidak ada lagi kelongggaran yang akan diberikan kepada Indonesia,” papar mantan anggota Komite Media PSSI periode 2007-2011 ini.
Adhi menambahkan, sejalan dengan itu, FIFA sudah memberikan keweangan kepada AFC untuk menyelesaikan konflik PSSI hingga Maret 2013, jika tidak ada penyelesaian, sudah tidak ada ampun lagi bagi Indonesia.
“Yang membuat FIFA tak bisa memberi toleransi lagi adalah karena kepengurusan PSSI KLB Ancol itu benar-benar sudah berjalan,” kata Adhi, seraya menambahkan bahwa hal itu tentu terjadi karena kepengurusan pimpinan La Nyalla Mattalitti itu benar2 didukung oleh mayoritas anggota PSSI, khususnya voters Solo.
“Di sepak bola, kedaulatan organisasi itu berada ditangan anggota, bukan mereka2 yg jadi pengurus,” imbuhnya.
Disinggung tentang langkah anggota pemilik suara (voters) PSSI yang memberikan dukungannya kepada KOI dlm upaya penyelesaian konflik, Adhi menyatakan bahwa hal itu sangat logis.
“Voters Solo komitmen untuk mengapreasi keputusan AFC sebelumnya, sebab itu memang yang terbaik,” jelas Adhi.
Apa yang dilakukan voters Solo, menurut Adhi, merupakan bagian dari proses untuk dukungan penyelesaian konflik. Sebagai pemegang mandat organisasi, pemilik suara organisasi tentunya memiliki hak untuk bersuara dan berpendapat.
Oleh karena itu, apa pun langkah yang coba dilakukan oleh Djohar dkk sekarang ini, tidak akan terealisasi jika tidak mendapat dukungan dari anggota, termasuk terkait rencana kerjasama dengan Newscorp.
“Rencana kerjasama dengan Newscorp itu tak akan berhasil jika tidak memperoleh persetujuan dari anggota PSSI melalui Kongres,” jelas  Tubagus Adhi mengakhiri.[ad]