Pages

Rabu, 16 Januari 2013

Mengaku Diajak Tuhan Main di Liga Indonesia , Pape Ndiaye kecewa

Kondisi sepakbola Indonesia yang carut marut ternyata tak diketahui seluruh pemain asing sebelum datang ke Indonesia untuk mengadu nasib. Melihat kenyataan yang terjadi saat ini, para pemain terkejut dan hanya bisa menjalaninya.

Sepakbola Indonesia memang belum pulih. Bahkan tanda - tanda ke arah yang lebih baik, masih jauh untuk bisa diwujudkan. Kepengurusan sepakbola yang dualisme serta kompetisi yang terbagi dua juga.

Bukan hanya itu. Keadaan lebih miris yakni sejumlah klub yang berkompetisi menunggak gaji para pemainnya. Ini terjadi untuk dua kompetisi yang ada IPL dan ISL. Hingga kini permasalahan gaji ini belum tuntas.

Ternyata keadaan sepakbola Indonesia ini tidak diketahui secara seluruhnya oleh pemain asing. Terlebih pemain asing yang baru tahun ini berlaga di kompetisi Indonesia.

Hal ini dirasakan dua pemain asing yang bermain di PSPS musim ini yakni Kanote Makan asal negara Mali dan Ndiaye Pape Latyr, pemain asal negara Senegal.

Ditemui di mess PSPS, , Pape begitu panggilan Ndiaye Pape Latyr mengatakan tidak mengetahui keadaan sepakbola Indonesai sebelum datang. Keadaan sepakbola Indonesia diketahui setelah menjalani beberapa pertandingan di PSPS.

Termenung sendiri di halaman depan mess PSPS, Pape mengatakan sudah banyak tau mengenai keadaan sepakbola Indonesia yang memiliki banyak permasalahan. Dualisme serta permasalahaan pendanaan.

Pape pun mengatakan, seadainya keadaan sepakbola Indonesia sudah diketahu sebelumnya, Pape tidak akan mau datang ke Indonesia. "Kalau tau seperti ini sebelumnya, saya tidak akan datang ke Indonesia," ujarnta.

Ditanya siapa yang membawa Pape ke Indonesia, pemain yang berposisi striker ini mengatakan ajakan agen serta Tuhan.

"Inilah hidup. Saya ke sini karena Tuhan. Agen juga membawa saya ke sini," ujar pria 26 tahun ini.

Hal yang sama dikatakan oleh Kanote Makan. Pemain asal Mali ini juga mengatakan tidak tau sebelumnya keadaan sepakbola Indonesia. Sama dengan ucapa Pape, kalau tau sebelumnya, Makan tidak akan berangkat ke Indonesia.

"Saya tidak tau kalau seperti ini keadaanya. Kalau tau, saya tak akan ke Indonesia," ujar pemain yang berposisi gelandang serang ini.

Makan pun mengenang saat ia bermain di liga negara Tunusia. Disana, kata Makan, gaji pemain lancar. Sebelum mendarat ke Indonesia, pemain berusia 21 tahun ini memang berkarir sebagai pemain sepakbola di Tunisia.

Nasi sudah jadi bubur. Keadaannya, kedua pemain asing PSPS ini pun sudah tanda tangan kontrak berdurasi selama satu musim bersama PSPS. Kedua pemain pun bertekad untuk menyelesaikan musim ini sesuai dengan kontrak.

"Saya akan tetap di PSPS. Saya menikmatinya sembari berharap keadaan lebih baik," ujar Pape.

Makan pun demikian. Ia bertekad untuk tetap bersama PSPS musim ini seperti yang sudah disepakati didalam kontrak. "Saya akan tetap di PSPS sembari melihat situasi kedepannya," ujar Makan. (sf)