Pages

Sabtu, 27 Oktober 2012

Biasakan latihan di lapangan jelek ,Persebaya pilih Latihan di ....Lapangan ITS

Persebaya Surabaya harus belajar lebih banyak lagi untuk menjadi klub profesional seutuhnya. Klub kebanggaan arek-arek Suroboyo ini ternyata masih harus terusir dari rumahnya sendiri setiap akan berlatih.

Bagaimana tidak, sebagai klub nasional yang sarat historis Persebaya  sampai harus menyewa lapangan, hanya untuk berlatih. Ironis, tetapi hal itu memang terjadi.

Pelatih caretaker Persebaya saat ini, Ibnu Grahan, terpaksa memboyong tim asuhannya berlatih ke lapangan sepak bola milik kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Alasannya, lapangan berlatih Persebaya di Jl Karanggayam, kondisinya tidak memungkinkan untuk dipakai.

“Permukaan tanah terlalu keras. Kalau kami memaksakan diri latihan disini, malah beresiko tinggi. Jadi, kami sebisa mungkin untuk tidak berlatih di lapangan ini,” ujar Ibnu soal migrasi Persebaya ke ITS, Sabtu (27/10).

Ibnu mengaku tak tahu sampai kapan Persebaya akan menjadi avonturir alias petualang dengan memakai lapangan Stadion ITS. Tetapi ia mengaku siap menjadikan ITS sebagai ‘kandang’ Persebaya yang baru, dengan tiga alasan.

Yaitu jarak yang tidak terlalu jauh dari mess Persebaya, kualitas lapangan yang tidak kalah dengan Stadion Gelora 10 November, dan yang paling penting, biaya sewa yang relatif ringan.
“Kita hanya bayar Rp 200.000 untuk sewa lapangan ITS. Bandingkan dengan di Gelora 10 November, yang sewanya Rp 500.000. Kalau seminggu kita sewa tiga kali, berapa besar uang yang bisa kita hemat?,” ungkap Ibnu.

Soal penghematan mau tak mau memang harus dilakukan buat tim sekaliber Persebaya. Asal tahu, Persebaya dikabarkan masih nunggak utang, hanya untuk soal menyewa lapangan berlatih.

Sumber menyebut, Persebaya punya tunggakan sewa ke pengelola Stadion Gelora 10 November, yang besarnya mencapai Rp 10 Juta. Ibnu mengaku eman (sayang) melihat kondisi Lapangan Persebaya saat ini.

Meski disebut tak layak pakai, Lapangan Persebaya, masih digunakan Pengurus PSSI Surabaya untuk memutar tiga kelas kompetisi internal (Kelas Utama, I, dan II), yang notabene merupakan kawah candradimuka para pemain muda.

Menariknya, Totok Risantono, yang dikenal sebagai pelatih spesialis pengembangan pemain muda, malah menyarankan agar Persebaya tetap berlatih di lapangan tersebut.

“Kita realistis. Main sepakbola di Indonesia ini harus kenal cuaca, musuh, dan terakhir, medan bertempur. Nah, kalau terbiasa berlatih di lapangan bagus, ya bisa remuk waktu main di kandang lawan yang lapangannya jelek,” kilah pelatih yang baru sukses membawa Surabaya Muda promosi ke Divisi I Nasional ini.