PSIS akan segera mengontrak dua pemain asingnya, yakni striker Emile Linkers asal Belanda dan bek berdarah Liberia Morris Power Bayour. Keduanya diproyeksikan untuk menambah kekuatan skuad Mahesa Jenar yang saat ini telah diisi 23 personel lokal.
Di balik tampang garang, kedua ekspatriat itu menyimpan banyak cerita selama berada di Indonesia. Mulai dari kesemsem sayur asem, mendapatkan jodoh, tidak mendapat gaji, hingga harus memasak makanan sendiri untuk menyesuaikan selera perut.
Awal mulanya, baik Morris maupun Linkers datang ke Indonesia karena ajakan teman senegaranya. Cerita di awali Morris yang telah menginjakkan kaki di bumi pertiwi sejak 2007 lalu. Saat itu, dia menerima ajakan rekannya Oliver Makor yang saat itu memperkuat Pelita Jaya.
Adapun Morris yang berposisi sebagai bek mengawali karirnya di sepak bola Indonesia dengan memperkuat PS Palembang setengah musim. Kemudian memperkuat Persibat Batang setengah musim berikutnya. Semusim berikutnya, dia berkostum Persibo Bojonegoro.
Barulah kemudian membela Pro Duta musim 2009-2010. Sebelum ke PSIS, pria bertinggi 185 dan berat 80 kilogram itu membela Persipasi selama dua musim. Kini, dia siap mengabdikan diri untuk PSIS yang mematok target promosi ke Indonesia Super League (ISL).
Dalam perjalanan karirnya, dia menikah dengan wanita cantik asal Pekalogan Leli Febriyanti. Kebahagiaan pasangan suami istri itu bertambah setelah dikaruniai seorang putri bernama Sarah Lieq Bayour. Putri pertama Morris lahir di Bekasi, 13 Maret 2011 lalu.
Selain bertemu jodoh, pemain 28 tahun itu juga menemukan makanan favoritnya di Indonesia. Dia sangat kesemsem dengan sayur asem, apalagi bila yang memasak sang istri. Menurutnya rasanya unik, ada asamnya, sedikit pedas dan segar. Dia mengatakan, di Liberia ada makanan yang hampir sama dengan sayur asem, yakni bajitebo.
"Saya bersyukur sudah punya keluarga di Indonesia. Ke depan saya ingin ikut program naturalisasi. Di PSIS saya ingin seperti Fofe Kamara, Esaiah Pello Benson dan Anthony Joma Ballah. Mereka mengantarkan PSIS meraih prestasi," ujar pemain lancar berbahasa Indonesia itu.
Ajakan Rekan
Lain halnya dengan Linkers. Striker 22 tahun itu datang ke Indonesia atas ajakan dua rekannya yakni Kristian Adelmund dan Lorenzo Rimkus pada 2011 lalu. Trio Belanda terbang ke Indonesia untuk memperkuat PSIM Yogyakarta yang tampil di Divisi Utama.
Perjalanan karirnya tak begitu mulus. Bersama PSIM striker berkepala plontos itu hanya menyumbangkan 10 gol. Dia pun sangat kecewa dengan manajemen Laskar Mataram, lantaran beberapa bulan gajinya tak dibayarkan. Usai kompetisi, mereka memutuskan kembali ke Belanda.
Selama di negeri kincir angin, dia telah dihubungi beberapa klub yang berminat meminangnya. Di antaranya Persiba Balikpapan dan Deltras Sidoarjo. Namun setelah didekati PSIS melalui General Manager PSIS Ferdinand Hindiarto, dia lebih tertarik ke Kota Lumpia.
Belum genap sepakan di Ibu Kota Provinsi Jateng, dia masih butuh adaptasi. Linkers belum cocok dengan makanan yang ada. Hal serupa pernah dialaminya saat sepekan berada di Yogyakarta. Dari beberapa makanan Indonesia, dia hanya tertarik dengan soto, selebihnya tidak.
Sakit perut pernah dialaminya saat mencoba jakue, usai latihan. Pemain yang akan menggenakan nomor punggung sembilan itu pun tak dapat mengikuti latihan dengan baik karena beberapa kali harus ke toilet. Kini, dia memutuskan untuk memakan makanan yang tak jauh berbeda dengan tempat asalnya.
Seperti spagetti, ayam-ayaman dan nasi. Bila tidak sempat membeli, dia menyempatkan waktu untuk memasaknya sendiri. Linkers juga hobi menghiasi tubuh dengan tato. Lebih dari 10 polesan tato menempel ditubuhnya yang kekar. Beberapa dia buat saat masih berada di Belanda, sebagian lagi diukir di Yogyakarta, saat membela PSIM.
"Musim lalu, saya memperkuat PSIM Yogyakarta dan PSIS adalah tim kedua di Indonesia. Meski belum tahu banyak sepak bola Indonesia, namun semua tahu PSIS punya legenda. Saya senang berada di sini, manajemen dan pemain sangat baik," ujar Linkers.(hen)