Pemain asing Sriwijaya Football Club (SFC), Ali Khaddafi, mengatakan bahwa drinya berlebaran di Indonesia tidak ubahnya merayakan di kampung halaman sendiri di Lome, Togo.
"Lebaran juga dirayakan di Togo. Meski tidak seramai di Indonesia karena hanya 50 persen yang Muslim, tapi situasi di sini hampir sama seperti di kampung," kata Ali ketika ditanya perbedaan suasana Lebaran di Togo dan Indonesia, di Palembang, Jumat.
Umat Muslim di Indonesia merayakan dengan saling kunjung mengunjungi antar sanak keluarga, begitu pula dengan Togo, kata Ali.
Sejak menginjakkan kaki sebagai pemain profesional di Indonesia tahun 2006, pemain di posisi gelandang ini mengatakan tidak sulit melebur dengan budaya Indonesia dalam merayakan Lebaran.
Apalagi, Ali lebih menyukai berteman dengan orang Indonesia dibandingkan pendatang sepertinya.
"Ada teman sesama satu tim mengundang bertamu ke rumahnya, biasanya itu terjadi di saat Lebaran. Sedangkan bersama Sriwijaya FC, kami telah bersepakat membeli seekor kambing dan dijadikan hidangan sate," ujar pesepakbola 28 tahun ini.
Mantan pemain PSM Makassar ini bercerita selalu memakan hidangan khusus sang ibu tercinta ketika merayakan Hari Raya di Togo.
Meski sang ibu berstatus nonmuslim, ia mengemukakan, tetap tidak membedakan dan selalu memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga, terutama di saat bulan puasa Ramadhan dan Lebaran di ulan Syawal.
"Saya empat bersaudara, dan jadi anak ketiga, adik dan kakak perempuan mengikuti ibu beragama Kristen, sementara yang laki-laki menjadi Muslim ikut ayah," ujarnya.
Meski hidup dalam keberagaman sejak kecil, namun Ali merasakan keluarganya tetap rukun dan saling mendukung.
Tata cara beribadah, seperti shalat, puasa, dan mengaji, ia dapatkan dari sang ayah dan sekolah formal berlandaskan Islam di Lume.
Pemain Timnas U-23 Togo ini pun menyatakan beruntung karena terlahir sebagai Muslim.
"Di Togo banyak keluarga yang hidup bersama dengan perbedaan agama, jadi bukan suatu yang harus dipermasalahkan. Bagi saya, agama itu sangat pribadi sekali yakni hubungan antara Tuhan dan ciptaannya. Saya pun tidak luput dari dosa dan ingin selalu memperbaiki kualitas ibadah karena sering lalai menjalankan kewajiban sebagai Muslim," katanya.
Pada Lebaran Idul Adha kali ini Ali tidak berkurban karena merasa masih sosok pendatang baru di Kota Palembang, namun saat bersama PSM Makassar selalu menyembelih seekor kambing.
(T.ANT-039)
"Lebaran juga dirayakan di Togo. Meski tidak seramai di Indonesia karena hanya 50 persen yang Muslim, tapi situasi di sini hampir sama seperti di kampung," kata Ali ketika ditanya perbedaan suasana Lebaran di Togo dan Indonesia, di Palembang, Jumat.
Umat Muslim di Indonesia merayakan dengan saling kunjung mengunjungi antar sanak keluarga, begitu pula dengan Togo, kata Ali.
Sejak menginjakkan kaki sebagai pemain profesional di Indonesia tahun 2006, pemain di posisi gelandang ini mengatakan tidak sulit melebur dengan budaya Indonesia dalam merayakan Lebaran.
Apalagi, Ali lebih menyukai berteman dengan orang Indonesia dibandingkan pendatang sepertinya.
"Ada teman sesama satu tim mengundang bertamu ke rumahnya, biasanya itu terjadi di saat Lebaran. Sedangkan bersama Sriwijaya FC, kami telah bersepakat membeli seekor kambing dan dijadikan hidangan sate," ujar pesepakbola 28 tahun ini.
Mantan pemain PSM Makassar ini bercerita selalu memakan hidangan khusus sang ibu tercinta ketika merayakan Hari Raya di Togo.
Meski sang ibu berstatus nonmuslim, ia mengemukakan, tetap tidak membedakan dan selalu memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga, terutama di saat bulan puasa Ramadhan dan Lebaran di ulan Syawal.
"Saya empat bersaudara, dan jadi anak ketiga, adik dan kakak perempuan mengikuti ibu beragama Kristen, sementara yang laki-laki menjadi Muslim ikut ayah," ujarnya.
Meski hidup dalam keberagaman sejak kecil, namun Ali merasakan keluarganya tetap rukun dan saling mendukung.
Tata cara beribadah, seperti shalat, puasa, dan mengaji, ia dapatkan dari sang ayah dan sekolah formal berlandaskan Islam di Lume.
Pemain Timnas U-23 Togo ini pun menyatakan beruntung karena terlahir sebagai Muslim.
"Di Togo banyak keluarga yang hidup bersama dengan perbedaan agama, jadi bukan suatu yang harus dipermasalahkan. Bagi saya, agama itu sangat pribadi sekali yakni hubungan antara Tuhan dan ciptaannya. Saya pun tidak luput dari dosa dan ingin selalu memperbaiki kualitas ibadah karena sering lalai menjalankan kewajiban sebagai Muslim," katanya.
Pada Lebaran Idul Adha kali ini Ali tidak berkurban karena merasa masih sosok pendatang baru di Kota Palembang, namun saat bersama PSM Makassar selalu menyembelih seekor kambing.
(T.ANT-039)