Shear Blog - Panda, hewan yang menjadi ciri khas negari China ini merupakan hewan yang pilah pilih dalam urusan memilih makanan. Mereka memakan lebih dari 12 kg bambu dan hanya sedikit memakan makanan lain dalam sehari. Dan ternyata, panda tidak begitu saja mengonsumsi bambu. Menurut studi yang  dipublikasikan di jurnal Proceedings of National Academy of Sciences,  ada mikroorganisme di usus mereka yang membantu mencerna tumbuhan itu  meski usus mereka sebenarnya lebih cocok untuk makan daging.
 Dari sebuah penelitian terhadap dua ekor panda, diketahui bahwa 92  persen selulosa dan 73 persen hemiselulosa pada bambu yang dimakan panda  hanya ‘numpang lewat’ dan berakhir di feses. Sebagian besar herbivora  mengembangkan cara untuk memecah selulosa menjadi gula. Sebagai contoh,  sapi dan hewan lain memiliki sistem pencernaan rumit yang memiliki  beberapa perut yang penuh dengan mikroba. Mereka mencerna berkali-kali  untuk mengekstrak nutrisi dalam jumlah maksimal.
Dari sebuah penelitian terhadap dua ekor panda, diketahui bahwa 92  persen selulosa dan 73 persen hemiselulosa pada bambu yang dimakan panda  hanya ‘numpang lewat’ dan berakhir di feses. Sebagian besar herbivora  mengembangkan cara untuk memecah selulosa menjadi gula. Sebagai contoh,  sapi dan hewan lain memiliki sistem pencernaan rumit yang memiliki  beberapa perut yang penuh dengan mikroba. Mereka mencerna berkali-kali  untuk mengekstrak nutrisi dalam jumlah maksimal.Namun panda  merupakan beruang, hewan yang umumnya mengonsumsi daging dan tidak  memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna selulosa atau memiliki  mikroba seperti hewan herbivora. Dari survei terhadap usus panda,  ternyata hewan itu punya mikroorganisme yang sama seperti beruang hitam,  beruang kutub, dan pemakan daging lainnya.
Fuwen Wei, ekolog dari Institute of Zoology, Chinese Academy of Sciences  di Beijing kemudian memperhatikan lebih lanjut mikroba yang hidup di  dalam usus panda. Mereka mengumpulkan sampel dari 7 ekor panda liar di  pegunungan Qinling dan Xiangling di China tengah dan barat, serta 8 ekor  panda yang ada di penangkaran untuk diteliti DNA, bakteria dan juga gen  mikrobial yang ada di usus mereka.
Meski panda liar dan panda yang ada di penangkaran mengonsumsi  makanan serta punya gaya hidup yang berbeda (panda di penangkaran  memakan lebih beragam makanan termasuk buah dan susu), mereka cenderung  memiliki spesies mikroba yang sama di ususnya. Kedua kelompok beruang  itu punya enzim yang memecah selulosa menjadi gula yang lebih sederhana.
Enzim  mikrobial itu membantu panda mengekstrak energi lebih banyak dari  sedikitnya jumlah bambu yang berhasil mereka proses. Mikroba ini  merupakan bagian dari adaptasi evolusioner, selain rahang dan gigi yang  kuat, jari dan tulang yang memungkinkan mereka mencengkram tangkai, yang  membantu panda hidup hanya dari bambu meski mereka punya sistem  pencernaan hewan karnivora.
Meski demikian, Ruth Ley, mikrobiolog dari Cornell University, New York  menyebutkan, panda juga punya enzim pencerna selulosa yang lebih sedikit  dibandingkan spesies herbivora non eksklusif seperti manusia.
 Sumber : Kompas.com & National Geographic Indonesia






 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Postingan
Postingan
 
