Shear Blog - Konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer dilaporkan terus  meningkat dan berpotensi mengakibatkan perubahan iklim. Beragam upaya  penurunan emisi dilakukan, tetapi banyak yang belum mantap sehingga  hasilnya masih belum bisa dinikmati. 
 Byron Elton, chief executive Carbon Science, perusahaan start up dari Santa Barbara California punya ide out of the box  untuk mengatasi persoalan itu. Ia mengusulkan untuk menambang udara,  mengambil CO2, mendaur ulangnya untuk diolah menjadi bahan bakar.  Seperti diketahui, emisi dari bahan bakar dan industri adalah yang  paling besar kontribusinya bagi perubahan iklim. 
 "Anda punya  semua CO2 ini, benda menjijikkan ini, apa yang akan Anda lakukan. Orang  mengatakan, 'kurangi, sembunyikan'. Kita mengatakan, 'tidak, berikan  pada kami dan kami akan mengubahnya menjadi bahan bakar," kata Elton  pada National Geographic, Rabu (10/8/2011). 
|  | 
| Ilustrasi | 
 Untuk bisa  melakukannya, Elton mengembangkan katalis metal berbahan nikel, kobalt,  aluminum dan magnesium. Dengan bantuan katalis metal yang telah  dipatenkan Carbon Science itu, bahan bakar bisa diciptakan dengan  menggabungkan CO2 dengan gas alam. 
 Sejauh ini, Carbon Science  telah berhasil memadukan CO2 dengan metana (konstituen utama gas alam)  untuk menghasilkan syngas. Syngas secara sederhana adalah "tulang  belakang" dari hidrokarbon yang nantinya bisa diubah menjadi bahan  bakar.  
 "Kami percaya, pendekatan kami akan menjadi kunci  transformasi gas rumah kaca menjadi bahan bakar yang efektif secara  biaya dalam skala global," kata Elton. Ia mengatakan, penggunaan katalis  metal yang dipatenkan juga akan menekan biaya karena lebih murah. 
  Elton mengatakan, ada beberapa keuntungan menggunakan bahan bakar  recycle ini. "Karbon digunakan dua kali, tidak langsung hilang begitu  saja ke udara. Ini juga secara langsung mengatasi masalah keamanan  energi," katanya. 
Sumber : KOMPAS.com






 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
