Shear Blog - Berkembangnya PC (personal computer) tidak lepas dari peran IBM yang pertama kali menciptakannya di awal tahun 1980-an. Tidak hanya di kantor, PC pun hadir di sudut-sudut rumah. Namun, seiring perkembangan zaman di mana orang tak lagi bekerja di satu tempat namun punya mobilitas tinggi, PC tak lagi relevan.
Salah satu insinyur yang merancang PC original IBM, Mark Dean, menyatakan dalam blognya bahwa era PC telah berakhir. Dean berpendapat bahwa sekarang adalah saatnya era post-PC. Dalam malam ulang tahun PC IBM ke-30 pada 12 Agustus 2011, ia tegas menyatakan bahwa era PC sudah berakhir dan bahwa teknologi selanjutnya akan lebih efektif. Dalam artian, manusia tak lagi bergantung pada kotak yang diam di satu tempat, melainkan manusia bisa lebih produktif dengan perangkat bergerak.
Dean adalah satu dari 12 orang tim teknik IBM yang merancang mesin pertama personal computer ini di tahun 1981. Saat ini ia menjabat CTO (Chief Techology Officer) IBM untuk Timur Tengah dan Afrika. Dua hari sebelum perayaan 30 tahun PC IBM, Dean menulis dalam blognya bahwa PC sedang tergantikan bukan oleh jenis perangkat baru, melainkan oleh perangkat dengan peran baru, di mana smartphone dan tablet bisa menjadi inovasi yang berdampak paling kuat untuk ekonomi dan kehidupan masyarakat.
Ia menjelaskan bahwa inovasi berkembang di mana orang-orang dan ide-ide bertemu dan berinteraksi melalui komputasi. Komputasi bukan lagi bicara sebuah kotak yang membantu pekerjaan, namun juga inovasi yang bisa menghubungkan orang-orang sekaligus bisa menyelesaikan pekerjaan mereka kapanpun di manapun. Pengalaman ini tak bisa didapat apabila manusia masih bergantung pada PC di atas meja.
Dean juga menulis di blognya bahwa ia juga secara pribadi telah menggunakan perangkat bergerak dan meninggalkan PC. Bahkan komputer utamanya saat ini adalah tablet. Ketika merancang PC 30 tahun lalu, ia tidak pernah terpikir bahwa PC akan mengalami masa penurunan kebutuhan seperti saat ini. Ia bahkan membayangkan ada masanya PC akan bernasib sama dengan mesin tik, kaset, disket, dan bola lampu pijar.
"Saya secara pribadi telah meninggalkan PC. Komputer utama saya sekarang sebuah tablet. Saat saya membantu merancang PC, saya tidak berpikir merasakan masa kemundurannya. Meskipun PC akan makin banyak digunakan, mereka bukan lagi pendukung komputasi yang utama. Mereka akan senasib dengan tabung vacuum, mesin tik, kaset, disket, CRT, dan bola lampu pijar," katanya.
Jason Hiner, dari Techrepublic, menanggapi pernyataan Dean menyatakan bahwa orang-orang yang mahir dengan PC bisa merasakan keterbatasan dan kecewa dengan pengalaman tablet. Namun, ia menambahkan, eksekutif seperti Dean yang menghabiskan seluruh hari untuk bertemu orang dan jarang membuat dokumen sendiri, adalah orang-orang yang memang membutuhkan tablet.
Menurut Hiner, masa depan PC adalah chip-nya akan tertanam dalam smartphone dan tablet untuk penggunaan bergerak dan di perjalanan, namun bisa juga digunakan dengan mouse, keyboard, dan layar besar ketika pengguna perlu duduk di meja dan melakukan pekerjaan kreatif. Ketika realitas tersebut datang dalam skala besar, maka ia siap mengatakan bahwa era post-PC telah tiba.
IBM sendiri sejak tahun 2005 telah keluar dari bisnis PC dengan menjual divisi personal computingnya yang terkenal dengan brand Thinkpad kepada Lenovo China. Kini IBM fokus ke bisnis perangkat dan layanan untuk bisnis dan korporasi dari server, layanan, dan solusi. Meski demikian, IBM masih memasok teknologi prosesornya yang terkenal dengan teknologi Power untuk berbagai perangkat konsumer seperti prosesor untuk Play Station 3.
Saat ini IBM juga sedang menjalin kerja sama riset dengan Samsung, Korea. Kedua perusahaan tengah berupaya menggabungkan kekuatan teknologi prosesor masing-masing untuk menghasilkan prosesor yang powerfull namun berbiaya murah. (Sumber : KOMPAS tekno)