Pages

Tampilkan postingan dengan label GW-GG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label GW-GG. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Maret 2012

8 Bahan Bakar Alternatif Potensial

Shear Blog - Bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara dan lain sebagainya semakin hari semakin berkurang dan perlahan-lahan akan habis. Ilmuwan diseluruh dunia terus melakukan penelitian seputar bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil di masa depan. Berdasarkan kebijakan Amerika Serikat tentang sumber energi, ada delapan sumber energi alternatif yang berpotensi untuk menggantikan peran minyak dan gas.

1. Ethanol : Merupakan bahan bakar yang berbasis alkohol dari fermentasi tanaman, seperti jagung dan gandum. Bahan bakar ini dapat dicampur dengan bensin untuk meningkatkan kadar oktan dan kualitas emisi. Namun, ethanol memiliki dampak negatif terhadap harga pangan dan ketersediannya.

2. Listrik : Listrik dapat digunakan sebagai bahan bakar transportasi, seperti baterai. Tenaga listrik dapat diisi ulang dan disimpan dalam baterai. Bahan bakar ini menghasilkan tenaga tanpa ada pembakaran ataupun polusi, namun sebagian dari sumber tenaga ini masih tercipta dari batu bara dan meninggalkan gas karbon.
 
3. Gas Alam : Gas alam sudah banyak digunakan di berbagai negara yang biasanya untuk bidang properti dan bisnis. Jika digunakan untuk kendaraan, emisi yang dikeluarkan akan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan minyak. Akan tetapi, efek rumah kaca yang dihasilkannya 21 kali lebih buruk.

4. Propana : Propana atau yang biasa dikenal dengan LPG merupakan produk dari pengolahan gas alam dan minyak mentah. Sumber tenaga ini sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar. Propana menghasilkan emisi lebih sedikit dibandingkan bensin, namun penciptaan metananya lebih buruk 21 kali lipat.

5. Hidrogen : Hidrogen dapat dicampur dengan gas alam dan menciptakan bahan bakar untuk kendaraan. Hidrogen juga digunakan pada kendaraan yang menggunakan listrik sebagai bahan bakarnya. Walaupun begitu, harga untuk penggunaan hidrogen masih relatif mahal.

6. Methanol : Methanol yang juga dikenal sebagai alkohol kayu dapat menjadi energi alternatif pada kendaraan. Methanol dapat menjadi energi alternatif yang penting di masa depan karena hidrogen yang dihasilkan dapat menjadi energi juga. Namun, sekarang ini produsen kendaraan tidak lagi menggunakan methanol sebagai bahan bakar.

7. Biodiesel : Biodiesel merupakan energi yang berasal dari tumbuhan atau lemak binatang. Mesin kendaraan dapat menggunakan biodiesel yang masih murni, maupun biodiesel yang telah dicampur dengan minyak. Biodiesel mengurangi polusi yang ada, akan tetapi terbatasnya produk dan infrastruktur menjadi masalah pada sumber energi ini.

8. P-Series : P-series merupakan gabungan dari ethanol, gas alam, dan metyhltetrahydrofuran (MeTHF). P-series sangat efektif dan efisien karena oktan yang terkandung cukup tinggi. Penggunaannya pun sangat mudah jika ingin dicampurkan tanpa ada proses dengan teknologi lain. Akan tetapi, hingga sekarang belum ada produsen kendaraan yang menciptakan kendaraan dengan bahan bakar fleksibel.
 
Sumber :
National Geographic Indonesia

Minggu, 27 November 2011

Suhu -48 Derajat Celcius Adalah Titik Beku Air Sebenarnya (Bukan 0 Derajat Celcius)

Shear Blog - Air adalah benda/zat yang sangat unik, air memiliki beberapa perilaku yang unik dibandingkan dengan cairan yang lainnya. Sebagai contoh, saat air berbentuk es dan ditempatkan pada air yang masih cair maka es akan mengambang, padahal seharusnya benda padat akan tenggelam jika ditempatkan pada benda cair. Misalnya besi padat akan tenggelam saat dicemplungkan ke air atau besi cair.

Umumnya air akan membeku pada suhu 0 derajat Celcius, namun lagi-lagi air menunjukkan perilaku uniknya. Air bisa mempertahankan wujud cairnya meski berada pada suhu -48 derajat Celcius (jauh di bawah 0 derajat Celcius). Pada kondisi ini air disebut dengan 'Supercooled water'.  Lalu, berapakah suhu sebenarnya yang dibutuhkan air untuk benar-benar beku ?

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk membuat es dari air yang masih cair dibutuhkan 'bibit es' yang berupa kristal yang menjadi inti dimana kristal yang lain terbentuk. Tapi dalam air murni, yang tidak memiliki kandungan atau partikel lain di dalamnya, di mana inti atau nukleus bisa terbentuk, titik beku akan sulit tercapai karena sifat thermodynamics yang dimiliki oleh H2O.

Kepadatan air juga bisa berubah-ubah seiring dengan perubahan suhu. Air mencapai kondisi terpadat saat berada pada suhu 3,8 derajat Celcius. Ini menjelaskan mengapa ikan masih bisa bertahan hidup di bawah es karena berenang di air yang lebih hangat dan lebih padat di bagian bawah danau.

Penelitian yang dilakukan oleh Valeria Molinero dari University of Utah menjawab pertanyaan berapa suhu sebenarnya agar air benar-benar membeku. Menggunakan model komputer, Molinero dan rekannya melakukan simulasi terhadap perilaku supercooled water dalam level mikroskopik. Mereka menguji apa yang akan terjadi pada 32.768 molekul air jika didinginkan, menghitung kapasitas panas dari air, tingkat kepadatan dan tekanannya. Seribu jam kemudian hasilnya terungkap. Temperatur di mana dipastikan air akan membeku adalah di -48 derajat Celcius.

Molinero menyebutkan, penelitian ini lebih dari sekedar memecahkan rasa kepenasaran secara ilmiah. Ilmuwan yang berkutat dengan masalah pemanasan global juga perlu mengetahui berapa temperatur dan tingkat kecepatan di mana air membeku dan mengkristal menjadi es.

Sumber : National Geographic Indonesia

Selasa, 04 Oktober 2011

Hal-hal Sepele untuk Menghemat Listrik Di Rumah (AC, Kulkas, Lampu)

Lampu hemat energi
Shear Blog - Pemborosan listrik dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan tagihan bulanan membengkak. Upaya penghematan yang efektif sebenarnya dapat dimulai dengan melakukan hal-hal sepele di rumah. Seperti hal-hal berikut ini :

  1. Tahukah Anda bahwa setiap penurunan satu derajat, AC (pendingin ruangan) membutuhkan tambahan daya sebanyak 6%. Agar lebih hemat daya, sebaiknya set AC pada suhu ideal 24-25 derajat Celcius. Suhu ideal itu dapat optimal dirasakan jika ruangan tertutup rapat. AC juga tidak lagi boros energi apabila filter dan coil AC rutin dibersihkan.
  2. Pemborosan energi juga sering terjadi pada penggunaan lemari es. Tanpa disadari, sebanyak 7% energi terbuang apabila pintu lemari es terlalu sering dibuka atau terlalu lama terbuka. Lemari es tua yang berusia di atas 10 tahun juga semakin boros energi. Bahkan, peningkatan kebutuhan dayanya bisa mencapai 75% dan sebaiknya diganti.
  3. Lebih baik tinggalkan penggunaan lampu pijar di rumah. Gunakanlah lampu hemat energi yang sekarang ini sudah banyak dipasaran. Dibandingkan lampu pijar, lampu hemat energi ini mampu menghemat lebih dari 50% energi.
So, sudah saatnya kita mulai menghemat energi mulai sekarang, selain menghemat tagihan listrik bulanan manfaat yang lain juga bisa kita dapatkan. Seperti apa ?? Hmm, googling aja (^_^).

Sumber : Kompas.com

Selasa, 27 September 2011

Wah-Wah, 20 Tahun Terakhir Gas CO2 Malah Naik 33 Milliar Ton !!

Shear Blog - Di dalam laporan bertajuk ‘Long-term trend in global CO2 emissions’ yang disusun oleh Joint Research Centre milik European Commission (EC) dan PBL Netherlands Environmental Assessment Agency. Diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 1990 sampai tahun 2010 emisi karbondioksida (CO2) secara global telah meningkat sebanyak 45%. Saat ini angkanya telah mencapai 33 milliar ton, dan menjadi angka tertinggi dalam sejarah.

Meningkatnya jumlah karbon dioksida terjadi pada kurun waktu yang sama dengan adanya penurunan emisi di antara negara-negara industri. Dan meski secara individual tiap-tiap negara menunjukkan tren produksi emisi gas buang yang berbeda, namun secara keseluruhan, negara-negara industri tampaknya sudah mengikuti target protokol Kyoto, yakni menurunkan gas rumah kaca sebesar 5,2 persen di tahun 2012 mendatang.


Dalam laporan itu disebutkan, selama 1990-2010, negara-negara yang tergabung dalam EU-27 serta Rusia mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 7 dan 28 persen. Di kurun yang sama, emisi Amerika Serikat malah naik 5 persen, sementara Jepang tetap.

Seperti diketahui, pada tahun 1990, negara-negara industri yang menandatangani Protokol Kyoto tersebut merupakan penghasil dua pertiga emisi CO2 global. Kini, kontribusi mereka terhadap emisi global turun menjadi kurang dari separuh.

Selama periode Protokol Kyoto, negara-negara industri berupaya pula mengubah sumber energi mereka. Antara 1990 sampai 2010, mereka menurunkan ketergantungan terhadap batu-bara (dari 25 persen menjadi 20 persen dari total produksi energi) dan minyak bumi (dari 38 persen menjadi 36,5 persen). Mereka beralih ke gas alam (penggunaannya naik dari 23 menjadi 27 persen), energi nuklir (naik dari 8 menjadi 9 persen), dan energi terbarukan (naik dari 6,5 menjadi 8 persen).

Negara-negara industri juga berhasil melakukan penghematan energi, misalnya dengan memodifikasi struktur bangunan, membuat perangkat hemat energi, serta meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar.

Meski laporan menunjukkan bahwa ada upaya penggantian sumber energi dari bahan bakar fosil ke energi nuklir ataupun energi terbarukan dan adanya peningkatan efisiensi energi, namun itu ternyata tidak mampu mengatasi lonjakan permintaan atas listrik dan transportasi global, yang umumnya paling banyak datang dari negara berkembang. Ke depannya, ini perlu diatasi untuk mencegah pertumbuhan emisi gas rumah kaca seperti yang sudah disepakati dalam Bali Action Plan dan perjanjian Cancun. 

Sumber : National Geographic Indonesia

Minggu, 14 Agustus 2011

Hebat !! Karbondioksida (CO2) Bisa Digunakan Sebagai Bahan Bakar

Shear Blog - Konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer dilaporkan terus meningkat dan berpotensi mengakibatkan perubahan iklim. Beragam upaya penurunan emisi dilakukan, tetapi banyak yang belum mantap sehingga hasilnya masih belum bisa dinikmati. 

Byron Elton, chief executive Carbon Science, perusahaan start up dari Santa Barbara California punya ide out of the box untuk mengatasi persoalan itu. Ia mengusulkan untuk menambang udara, mengambil CO2, mendaur ulangnya untuk diolah menjadi bahan bakar. Seperti diketahui, emisi dari bahan bakar dan industri adalah yang paling besar kontribusinya bagi perubahan iklim. 

"Anda punya semua CO2 ini, benda menjijikkan ini, apa yang akan Anda lakukan. Orang mengatakan, 'kurangi, sembunyikan'. Kita mengatakan, 'tidak, berikan pada kami dan kami akan mengubahnya menjadi bahan bakar," kata Elton pada National Geographic, Rabu (10/8/2011). 




Ilustrasi
Untuk bisa melakukannya, Elton mengembangkan katalis metal berbahan nikel, kobalt, aluminum dan magnesium. Dengan bantuan katalis metal yang telah dipatenkan Carbon Science itu, bahan bakar bisa diciptakan dengan menggabungkan CO2 dengan gas alam. 

Sejauh ini, Carbon Science telah berhasil memadukan CO2 dengan metana (konstituen utama gas alam) untuk menghasilkan syngas. Syngas secara sederhana adalah "tulang belakang" dari hidrokarbon yang nantinya bisa diubah menjadi bahan bakar.  

"Kami percaya, pendekatan kami akan menjadi kunci transformasi gas rumah kaca menjadi bahan bakar yang efektif secara biaya dalam skala global," kata Elton. Ia mengatakan, penggunaan katalis metal yang dipatenkan juga akan menekan biaya karena lebih murah. 

Elton mengatakan, ada beberapa keuntungan menggunakan bahan bakar recycle ini. "Karbon digunakan dua kali, tidak langsung hilang begitu saja ke udara. Ini juga secara langsung mengatasi masalah keamanan energi," katanya. 

Yang jelas, bila benar bisa terwujud, daur ulang CO2 ini bisa mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Ide bahan bakar listrik seperti pada mobil elektrik saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan transportasi udara dan laut. Daur ulang CO2 bisa mengatasinya.

Sumber : KOMPAS.com

Sabtu, 02 Juli 2011

2010, Tercatat Sebagai Salah Satu Tahun Terpanas Menurut Laporan yang Dirilis NOAA

Shear Blog - Tahun 2010 tercatat sebagai salah satu tahun terpanas menurut laporan State of The Climate yang baru dirilis NOAA. Laporan yang disusun 368 ilmuwan dari 45 negara itu merekam 41 indikator iklim selama lebih dari empat tahun. Beberapa indikator tersebut di antaranya adalah temperatur di lapisan bawah dan lapisan atas atmosfer, curah hujan, gas rumah kaca, kelembaban, tutupan awan, temperatur laut dan kadar garam, laut es, gletser, dan tutupan salju.

Beberapa pola siklus cuaca yang sudah dikenal memang mempunyai pengaruh signifikan pada kejadian cuaca maupun iklim selama tahun pengamatan. Namun analisis lengkap terhadap seluruh indikator menunjukkan tren jangka panjang yang sudah berlangsung selama 50 tahun terakhir. Fenomena ini sejalan dengan perubahan iklim global.

Tahun lalu juga terjadi osilasi iklim penting seperti Osiliasi El-Nino Selatan dan Osilasi Arktik yang memengaruhi iklim kawasan dan berkontribusi pada banyak fenomena cuaca penting selama 2010. Berikut ini adalah beberapa indikator iklim 2010 yang menyebabkan tahun itu termasuk sebagai tahun terpanas:

1. Temperatur
Rata-rata temperatur tahunan di Arktik terus meningkat sekitar dua kali lipat.

2. Laut es dan gletser
Laut es Arktik menyusut hingga mencapai rekor area terkecil ketiga sepanjang sejarah. Beting es Greenland pun mencair dengan kecepatan paling tinggi sejak tahun 1958. Di sisi lain, rata-rata laut es di Antartika justru tumbuh hingga mencapai rekor maksimum.

3. Temperatur muka laut dan ketinggian muka laut
Meskipun fenomena La Nina berlangsung di separuh akhir 2010, rata-rata temperatur muka laut global tercatat sebagai yang terhangat ketiga sepanjang sejarah dan ketinggian permukaan laut terus naik.

4. Kadar garam di laut
Lautan jadi lebih asin daripada tingkat rata-rata di daerah yang tingkat penguapannya tinggi. Sedangkan di daerah yang curah hujannya tinggi air laut terasa lebih segar. Ini mengindikasikan siklus air yang semakin tinggi.

5. Gas rumah kaca
Konsentrasi gas rumah kaca terus meningkat. Karbon dioksida meningkat hingga 2,60 ppm, lebih tinggi dibandingkan rata-rata peningkatan tahunan sepanjang 1998-2010. (Sumber: National Geographic Indonesia)

Jumat, 13 Mei 2011

Partikel Bahan Bakar Pesawat Mengancam Kesehatan Kita

Shear Blog -  Tetesan bahan bakar pesawat bisa menjadi partikel yang membahayakan kesehatan manusia. Temuan tim peneliti dari Carnegie Mellon University, Pittsburgh, menunjukkan bahwa emisi pesawat terbang saat sedang parkir dengan mesin menyala di gerbang terminal atau ketika antri untuk lepas landas (takeoff) mengeluarkan tetesan minyak yang amat kecil.  Tetesan itu mengalami reaksi kimia ketika matahari menyinarinya dan menyebabkannya berubah menjadi partikel sangat kecil yang bisa menyusup masuk ke paru-paru, bahkan otak manusia.

Tim yang dipimpin Allen Robinson itu mengambil sampel uap pembuangan dari pesawat kargo militer KC-135. Sampel tersebut ditempatkan dalam tas berlapis teflon. Kemudian, mereka melakukan proses foto oksidasi (proses penyusutan permukaan polimer dalam oksigen atau ozon) dengan mengekspos sampel dalam tas terhadap sinar matahari atau sinat ultraviolet.

Hasilnya, sampel tetesan minyak tadi berubah menjadi partikel padat yang sangat kecil dalam jumlah banyak. Ukurannya cukup kecil untuk masuk ke dalam paru-paru atau otak orang yang bekerja atau tinggal di sekitar bandar udara.

Di sisi lain, emisi yang dihasilkan pesawat yang sedang bergerak atau ketika terbang, sebagian besar cenderung berupa partikel padat yang tidak akan bereaksi ketika terkena sinar matahari. Oleh karena itu, tidak ada bahaya kesehatan lain yang mengancam selain bahaya polusi yang sudah diketahui.

Hasil studi yang dipublikasikan dalam Atmospheric Chemistry and Physics ini menggarisbawahi fakta bahwa polusi pesawat terbang, khususnya yang terjadi di bandar udara, memiliki perbedaan mencolok dengan penghasil polusi lain seperti mobil dan pabrik dalam hal belum adanya tindakan yang dilakukan untuk mengurangi jumlahnya.

Selain itu, studi tersebut juga menunjukkan polusi udara yang terjadi di bandar udara jauh lebih berbahaya dari yang diperkirakan sebelumnya. Namun karena temuan ini baru, belum ada penelitian lain yang memastikan pengaruhnya terhadap tubuh manusia apabila partikel yang sangat kecil itu terhirup manusia secara teratur.
 

Kamis, 21 April 2011

"Geo Coal", Batubara Ramah Lingkungan Berhasil Diciptakan

Shear Blog - Peneliti energi berhasil mengubah batu bara peringkat rendah (low rank coal) menjadi sumber energi yang murah, efisien, dan ramah lingkungan.

Peneliti energi Ir Harsudi Supandi mengatakan, pengembangan teknologi bernama Geo Coal ini merupakan solusi ketika energi minyak menipis dan energi terbarukan belum bisa diandalkan. "Teknologi tersebut juga mendukung pengadaan sumber energi murah sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang," kata Harsudi yang juga presiden direktur Total Synergy International.

Geo coal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi lain. "Produknya lebih ramah lingkungan. batu bara peringkat tinggi itu kandungan sulfurnya sampai 12 persen, sementara peringkat rendah itu kurang jadi 1 persen. Jadi ini low polluting," ungkapnya.

Geo Coal merupakan proses meningkatkan kalori batu bara peringkat rendah. Proses peningkatan tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, meliputi persiapan, penghancuran batu bara, pengeringan, setting, dan diakhiri dengan pendinginan.

Dalam proses penghancuran, batu bara diubah menjadi ukuran lebih kecil, antara 5-50 cm. Sementara, pada proses pengeringan, kadar air dalam batu bara dikurangi dengan menggunakan gassification burner. Setelah proses ini, kadar air bisa berkurang 60-80 persen.

"Proses selanjutnya, yaitu setting, inti dari seluruh proses," kata Harsudi. Dalam proses ini, dilakukan modifikasi gabungan dari Hardgrove Grindability Index (HGI), konten materi yang mudah terbakar dan debu atau ash dari batu bara.

Harsudi mengatakan, teknologi Geo Coal mampu meningkatkan kalori batu bara hingga 50-100 persen. Selain itu, proses upgrading yang dilakukan juga bisa mempertahankan kadar sulfur dan ash tetap rendah sehingga batu bara yang dihasilkan nantinya lebih ramah lingkungan.

Ongkos Geo Cola disebut lebih efisien. "Hanya 10 juta dolar per ton produk. Rational cost-nya 4-5 dolar per ton produk dalam skala besar," jelas Harsudi.

Saat ini, TSI sudah menandatangani kerja sama dengan PLN untuk menggunakan Geo Coal di salah satu pembangkit tenaga listriknya di Banten. TSI juga bersepakat dengan Agritrade Resources Limited untuk membangun pabrik komersial Geo Coal berkapasitas 500.000 metrik ton per tahun di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah Juni 2011. (Yunanto Wiji Utomo)
 

Senin, 18 April 2011

Tebu Bisa Menurunkan Temperatur Udara, Mantabzzzzz

Shear Blog - Penggunaan tebu sebagai bahan bakar kendaraan pengganti minyak dari fosil punya efek samping yang menggembirakan: menurunkan temperatur udara. Demikian dilaporkan oleh para ilmuwan hari Minggu kemarin.

Penurunan temperatur tersebut disebabkan oleh kemampuan tanaman tebu untuk memantulkan sinar matahari serta melepaskan kelembapan ke udara. "Tanaman itu mengambil kelembapan dari tanah dan memancarkannya ke udara sebagai bagian dari proses fotosintesis," kata pemimpin studi Scott Loarie dari Carnegie Institution for Science. 

Loarie, yang studinya diterbitkan dalam Nature Climate Change, menambahkan bahwa efek pelepasan kelembapan ini memiliki efek yang lebih besar daripada pemantulan sinar matahari. Saat ini, seperempat kendaraan bermotor di Brazil menggunakan bahan bakar nabati yang dibuat dari tebu. Bahan bakar tersebut mencegah efek rumah kaca akibat pelepasa karbon dioksida ke atmosfer, yang menyebabkan perubahan iklim global. 
(Sumber: Reuters)

Sabtu, 02 April 2011

Sedang Uji Jalan, Calon Porsche 911 Baru Tertangkap Kamera

Shear Blog - Porsche "ketangkap" juru foto sedang melakukan uji jalan varian coupe 911 2012. Modelnya sangat mirip dengan generasi kedua 997, hanya mendapat beberapa sentuhan, terutama pada bagian atas yang ditutupi dengan kain untuk menyamarkan bentuk aslinya. Dari segi tampilan, bagian depan calon 911 baru ini diperkirakan mirip Panamera hanya depannya sedikit lebih panjang dengan model lampu belakang baru. Perubahan lain juga diharapkan pada interior.

Seperti berita-berita mengenarai generasi Porsche berikutnya, untuk 911 baru ini disebutkan hanya disentuh pada "kulit" saja. Ternyata, platformnya sudah diubah dengan track lebih lebar dan wheelbase lebih panjang. Ubahan ini dikarenakan, kemungkinan 911 akan disematkan mesin boxer. Menurut sumber, 911 baru akan menggendong jantung pacu boxer enam silinder dengan transmisi dual-clutch. Teknologinya pun baru, termasuk di antaranya sistem injeksi langsung dan "start/stop" yang sangat membantu penghematan bahan bakar dan menekan emisi gas buang.

Pada kaki-kaki juga ditingkatkan dan lebih signifikan. Lalu, serangkain inovasi aerodinamika dan pengurangan bobot didapat berkat pemakaian bahan yang lebih ringan. Masih banyak lagi informasi yang dibocorkan sumber dari dalam, tapi tunggu saat peluncurannya pada Frankfirt Motor Show, September mendatang.




Hmmm, jadi pengen satu neh gan, kapan ya bisa beli mobil mewah kek gini ??