Shear Blog - Peneliti energi berhasil mengubah batu bara peringkat rendah (low rank coal) menjadi sumber energi yang murah, efisien, dan ramah lingkungan.
Peneliti energi Ir Harsudi Supandi mengatakan, pengembangan teknologi bernama Geo Coal ini merupakan solusi ketika energi minyak menipis dan energi terbarukan belum bisa diandalkan. "Teknologi tersebut juga mendukung pengadaan sumber energi murah sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang," kata Harsudi yang juga presiden direktur Total Synergy International.
Geo coal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi lain. "Produknya lebih ramah lingkungan. batu bara peringkat tinggi itu kandungan sulfurnya sampai 12 persen, sementara peringkat rendah itu kurang jadi 1 persen. Jadi ini low polluting," ungkapnya.
Geo Coal merupakan proses meningkatkan kalori batu bara peringkat rendah. Proses peningkatan tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, meliputi persiapan, penghancuran batu bara, pengeringan, setting, dan diakhiri dengan pendinginan.
Dalam proses penghancuran, batu bara diubah menjadi ukuran lebih kecil, antara 5-50 cm. Sementara, pada proses pengeringan, kadar air dalam batu bara dikurangi dengan menggunakan gassification burner. Setelah proses ini, kadar air bisa berkurang 60-80 persen.
"Proses selanjutnya, yaitu setting, inti dari seluruh proses," kata Harsudi. Dalam proses ini, dilakukan modifikasi gabungan dari Hardgrove Grindability Index (HGI), konten materi yang mudah terbakar dan debu atau ash dari batu bara.
Harsudi mengatakan, teknologi Geo Coal mampu meningkatkan kalori batu bara hingga 50-100 persen. Selain itu, proses upgrading yang dilakukan juga bisa mempertahankan kadar sulfur dan ash tetap rendah sehingga batu bara yang dihasilkan nantinya lebih ramah lingkungan.
Ongkos Geo Cola disebut lebih efisien. "Hanya 10 juta dolar per ton produk. Rational cost-nya 4-5 dolar per ton produk dalam skala besar," jelas Harsudi.
Saat ini, TSI sudah menandatangani kerja sama dengan PLN untuk menggunakan Geo Coal di salah satu pembangkit tenaga listriknya di Banten. TSI juga bersepakat dengan Agritrade Resources Limited untuk membangun pabrik komersial Geo Coal berkapasitas 500.000 metrik ton per tahun di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah Juni 2011. (Yunanto Wiji Utomo)