Pages

Senin, 19 September 2011

Virus Stomatitis Vesikuler (VSV), Harapan Baru untuk Mengobati KANKER

Shear Blog - Setitik harapan kini hadir bagi pasien penderita penyakit kanker untuk sembuh (seperti yang kita ketahui beberapa jenis kanker sangat sulit disembuhkan), karena para ilmuwan telah menemukan sejenis virus unik yang bisa membantu mengobati kanker. 

Peneliti dari LIFE - Faculty of Life Sciences, the University of Copenhagen Denmark menemukan bahwa virus stomatitis vesikuler (VSV) memiliki potensi besar yang sebelumnya tidak banyak diketahui. Virus stomatitis vesikuler (VSV) adalah rhabdovirus. Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus rabies, dan menyebabkan penyakit yang mirip dengan penyakit kaki dan mulut pada sapi. Virus tersebut mempunyai dua kemampuan hebat yakni, membunuh sel kanker sekaligus menghentikan ekspresi molekul tertentu dari jenis sel kanker yang tersembunyi pada sistem kekebalan tubuh.

virus stomatitis vesikuler (VSV)
Menurut Soren Skov, associate professor immunologi dari LIFE, ekspresi berlebihan terlihat dalam jenis kanker seperti melanoma, kanker testis, kanker ovarium dan jenis penyakit leukemia tertentu yang secara signifikan merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga mengurangi kesempatan pemulihan pasien.

Skov adalah pemimpin tim riset yang baru saja meluncurkan sebuah proyek di Uni Eropa utama untuk mempelajari potensi untuk meningkatkan pengobatan kanker dengan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Dalam salah satu bagian risetnya yang juga dimuat dalam Journal Virology, tim peneliti menginfeksi sel kanker manusia dengan VSV.

Skov menambahkan bahwa dirinya dan timnya mampu menujukkan bukti bahwa virus ini (VSV) dapat membunuh sel kanker. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa VSV sangat efektif dalam menghambat produksi molekul imunostimulan - yang berperan menghancurkan sistem kekebalan tubuh- sehingga dengan demikian akan memungkinkan seseorang untuk bertahan hidup 

Skov menilai temuan ini sebagai sebuah terobosan yang jelas dan lompatan besar menuju pengobatan kanker yang lebih baik,  dimana sistem kekebalan tubuh akan dapat lebih efektif menghentikan perkembangan kanker. Skov berharap ke depannya temuan ini dapat menjadi alternatif untuk kemoterapi, dan disesuaikan dengan masing-masing penyakit pasien.

Sumber : KOMPAS.com