Shear Blog - Diabetes melitus telah menjadi pandemi yang tumbuh dengan cepat. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan empat juta kematian per tahun, hampir sama dengan kematian akibat HIV/AIDS. Data tahun 2000 menyebutkan diabetes melitus diderita 8,4 juta orang dan akan meningkat menjadi 21,3 juta di tahun 2030.
Sebagian besar penderita diabetes (diabetesi) terdiagnosis pada keadaan lanjut. Padahal, menurut dr.Budiman Darmowidjojo, Sp.PD, pada keadaan lanjut ini telah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, pembuluh darah, atau saraf. "Yang berbahaya dari penyakit ini bukan hanya gula darah yang tinggi tapi komplikasinya," paparnya.
Bila diabetes didiagnosa sejak dini maka kesempatan untuk mengendalikan gula darah secara baik sehingga komplikasinya dapat dihindari. Untuk mendeteksi diabetes, yang utama memang diketahui dari hasil pemeriksaan gula darah. Kadar gula darah puasa di atas 126 dan gula darah sewaktu di atas 200 disebut diabetes.
Selain pemeriksaan laboratorium, menurut dr.Budiman ada tiga gejala klasik diabetes yang disebut juga dengan 3P, yakni:
1. Poliuri atau sering buang air kecil dengan volume yang banyak , apalagi malam hari. Mengapa demikian? Jika kadar gula darah melebihi nilai ambang ginjal atau lebih dari 180 mg/dl, gula akan keluar bersama urin. Untuk menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung gula itu tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing pun menjadi sering. Begitu seringnya sehingga pada malam hari bisa mengganggu tidur.
2. Polidipsi atau sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya. Dengan begitu banyak urin yang keluar, badan akan kekurangan air atau dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut timbullah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum, maunya yang dingin, manis, segar dan banyak. Minuman manis akan sangat merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.
3. Polifagi atau nafsu makan meningkat dan kurang tenaga. Pada diabetes, karena insulin bermasalah, pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang. Itu sebabnya orang menjadi lemas. Dengan demikian otak juga mengira bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar, jadi timbulah perasaan selalu ingin makan. (KOMPAS Health)