Pages

Senin, 22 Oktober 2012

Gaji gak Dibayar , Karyawan Persebaya Gadai BB

Komitmen PT Pengelola terhadap Persebaya kembali perlu dipertanyakan. Sebab, setelah kompetisi selesai, mereka kembali ke Jakarta dan tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya di Surabaya. Padahal saat ini pemain dan karyawan tengah menunggu kejelasan gajinya selama tiga bulan.

Berulang kali keluhan disampaikan salah satu driver Persebaya, M Maliki kepada awak media. Pria yang sehari-hari biasa mengantarkan pemain asing pulang pergi dari mess ke apartemen ini, mengaku sudah tiga bulan belum menerima haknya dari PT Pengelola.

Maliki mengaku sudah utang kanan kiri untuk menghidupi keluarganya. Ia juga sudah berulang kali mengadukan masalahnya ke Dityo Pramono sebagai bos PT Pengelola Persebaya. Namun selalu mentah dan tak memperoleh jawaban yang memuaskan.

"Sampai-sampai saya mengurus surat tilang pun tidak bisa," ucapnya seraya menunjukkan surat bukti pelanggaran (tilang).

Maliki tak sendiri, salah satu Liaison Officer (LO) Persebaya, M Alip juga mengalami hal serupa. Alip memang bukan karyawan resmi di Persebaya. Ia tercatat hanya membantu pekerjaan orang tuanya, yakni Arifin. Namun selama semusim ini, Alip lah yang lebih berkontribusi.

Ia menghandle seluruh pekerjaan, mulai dari menjemput tim tamu, mengurusi akomodasi tim tamu, hingga membuka stadion untuk latihan Persebaya.

Meski gaji dari LO nantinya akan dibagi fifty-fifty dengan bapaknya, namun karena tiga bulan belum gajian, Blackberry yang menjadi salah satu barang berharganya pun terpaksa digadaikan untuk menambal kebutuhan. "Sementara BB-nya disekolahkan dulu," canda Alip.

Telisik punya telisik, ternyata bukan karyawan di level driver dan LO saja yang belum menerima gaji selama tiga bulan. Dua karyawan yang memiliki posisi cukup mentereng, yakni Media Relation Ram Surahman dan Marketing Manager Dito Arief kabarnya juga mengalami hal yang sama.

Bukan hanya karyawan, beberapa pemain, pelatih dan offisial yang masih terikat kontrak juga belum menerima haknya selama tiga bulan. Gede Widiade sendiri sudah enggan untuk memberikan talangan gaji karena uang yang sudah ia pinjamkan, sebesar Rp 3.6 miliar, belum dilunasi oleh PT Pengelola Persebaya.

Meski begitu, Gede masih memberikan dana untuk pembentukan tim, termasuk untuk uang saku pemain, pelatih dan perangkat pertandingan lainnya, plus biaya operasional, mulai dari katering, sewa lapangan, hingga tes fisik.

Sementara itu Dityo sendiri tak jelas rimbanya. Semenjak ditunjuk sebagai bos di Persebaya menggantikan Llano Mahardika, Dityo memang lebih sering di Jakarta dari pada Surabaya. Bukan hanya itu, Dityo juga susah sekali untuk dihubungi. [sya/but]